Minggu, 06 Maret 2011

Pendidikan anak usia dini

Memasuki ajaran baru, sekolah-sekolah (instansi pendidikan) sudah sibuk mempersiapkan programmnya untuk menarik pendaftar dari berbagai penjuru. Mulai dari tingkat pra-sekolah hingga tingkat perguruan tinggi. Tidak hanya instansi pendidikan yang disibukkan dengan penerimaan siswa baru, namun orang tua pun disibukkan dengan hal ini. Semua orang tua pasti berharap mendapatkan yang terbaik untuk putra-putrinya. Dari sinilah mereka disibukkan dari memilih sekolah, kualitas dan kuantitas, mutu pendidikan, serta output dari sekolah tersebut.
Bagaimana dengan pendidikan anak usia dini?
Saat ini, banyak sekali pilihan pendidikan untuk anak usia dini. Karena banyaknya pilihan, ada perasaan dilema pada diri orang tua. Biaya, fasilitas, sistem pembelajaran, menjadi pertimbangan orang tua untuk memilihkan yang terbaik buat buah hati.
Namun, orang tua tidak perlu cemas dalam hal ini. Banyak pula pertimbangan lain yang dapat dijadikan pedoman bagi orang tua. 
Pertama, kita harus paham apa yang dimaksud dengan pendidikan usia dini dan tujuan dari pendidikan tersebut.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal (Wikipedia bahasa Indonesia). Pendidikan anak usia dini menitikberatkan pada perkembangan fisik, sosial, dan emosional sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.Adapun tujuan dari pendidikan usia dini adalah menyiapkan anak secara optimal sesuai dengan perkembangannya, serta membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan akademik di sekolah.  
Kedua, harus paham kondisi masing-masing anak berdasarkan potensi yang dimiliki. Lima tahun pertama dalam perkembangan anak dikenal sebagai usia keemasan (golden age). Kita harus memanfaatkan usia keemasan ini untuk menciptakan perkembangan optimal pada anak. Namun, kita juga harus memahami bagaimana kondisi dan potensi yang dimiliki oleh anak. Pastinya, masing-masing anak memiliki potensi  dan kondisi yang berbeda. Disini kita tidak bisa terlalu memaksakan kehendak pada anak. Kaitannya dengan pendidikan anak usia dini, potensi dan kondisi anak dapat menjadi salah satu pertimbangan.
Ketiga,  tidak memaksa anak untuk belajar. Dalam pendidikan anak usia dini, anak-anak mulai diajarkan dasar-dasar cara belajar. Namun, anak-anak akan belajar tentang pondasi-pondasinya. Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui,yaitu melalui  bermain. Tidak hanya sekedar bermain, namun bermain yang diarahkan. Dalam bermain ini akan diarahkan untuk cara bersosialisasi, memecahkan masalah, negosiasi, manajemen waktu, mengatasi konflik, serta belajar berkelompok. Jadi, dalam hal ini orang tua dan pendidik tidak memaksa anak untuk belajar.Orang tua dan pendidik juga tidak menghilangkan masa-masa atau tahap bermain anak.
Keempat, membuka peluang yang luas untuk anak berkreasi. Pendidikan anak usia dini yang efektif akan memberikan peluang yang luas bagi anak untuk berkreasi. Anak dapat mulai mengembangkan potensinya sejak dini. Orang tua tidak membatasi kreatifitas siswa. Begitu pula dengan lembaga pendidikannya, lembaga pendidikan akan menyediakan sentra-sentra dalam ruang bermainnya, sesuai dengan minat anak. Sehingga dalam belajar anak tidak merasa bosan, tertekan, dan dibatasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar